Jagalah hati, janganlah lalai bakda Ramadhan. Penyakit bakda Ramadhan adalah ghaflah, hati yang lalai. Semoga Allah menjaga hati kita agar terus istiqamah. Perhatikan dalam khutbah Idul Fitri 1444 H kali ini.
Khutbah Pertama
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ أَمَّابَعْدُ؛
فَيَآ أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تَقْوَاهُ كَمَا قَالَ تَعَالَى:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ ، فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ فِيْهِ وَعَظِّمُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin hafizhakumullah …
Segala puji bagi Allah. Shalawat serta salam semoga tercurah pada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tak bosan-bosannya kita memanjatkan puji syukur kepada Allah atas limpahan rahmat dan karunia sehingga terus berada dalam keadaan sehat wal afiat dan diberi umur panjang. Lebih dari itu semua, Allah masih memberikan kepada kita nikmat iman dan Islam yang patut kita syukuri dengan meningkatkan ketakwaan kita pada Allah,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102).
Allah Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk muhasabah diri dengan memperbaiki ketakwaan kita,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Maksud ayat ini kata Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim,
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَانْظُرُوا مَاذَا ادْخَرْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ مِنَ الأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ لِيَوْمِ مَعَادِكُمْ وَعَرَضَكُمْ عَلَى رَبِّكُمْ
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Lihatlah apa yang telah kalian siapkan untuk diri kalian berupa amal shalih untuk hari di mana kalian akan kembali dan setiap amal kalian akan dihadapkan kepada Allah.”
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi akhir zaman, yang telah mendapatkan mukjizat paling besar dan menjadi pembuka pintu surga, yaitu nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga, sahabat dan setiap orang yang mengikuti salaf tersebut dengan baik hingga akhir zaman.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Para jama’ah shalat Idulfitri rahimani wa rahimakumullah …
Bakda Ramadhan, kita diharapkan menjadi lebih baik. Ramadhan ibaratnya adalah seperti sekolah. Kemudian ketika kita selesai dari sekolah tersebut, kita mengaplikasikan amalan kita di bulan lainnya. Karena namanya pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang bisa dipraktikkan. Istilah para ulama adalah,
ثَوَابُ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا
“Balasan dari kebaikan adalah kebaikan setelahnya.”
Seharusnya kebaikan di bulan Ramadhan bisa berlanjut bakda Ramadhan.
- Shalat lima waktu bisa dilanjutkan dengan shalat lima waktu secara rutin.
- Shalat berjamaah (apalagi ditekankan bagi kaum pria) bisa dilanjutkan dengan shalat berjamaah bakda Ramadhan kecuali ada uzur, seperti hujan yang menyulitkan, sakit, dan darurat buang hajat.
- Shalat tarawih bisa dilanjutkan dengan shalat tahajud, bakda bangun tidur malam, bisa dengan rakaat yang kita mampu.
- Shalat witir bisa dilanjutkan bisa dilanjutkan dengan shalat witir bakda Ramadhan, bisa dilakukan bakda Isyak langsung, sebelum tidur, atau di akhir malam sebelum masuk Shubuh.
- Shalat rawatib 12 rakaat dalam sehari yang dijamin akan dibangunkan istana di surga bisa dilanjutkan bakda Ramadhan. Ingat, shalat qabliyah itu berarti shalat yang dilakukan ketika waktu shalat wajib itu masuk, yang penting masih di waktunya, bisa dilakukan sebelum ataukah sesudah shalat wajib. Sedangkan, shalat bakdiyah adalah shalat yang dilakukan bakda shalat wajib, tidak boleh sebelum shalat wajib.
- Membaca Al-Qur’an pun bisa dirutinkan bakda Ramadhan, bagi yang punya hafalan bisa mengulang hafalannya di dalam shalat sunnah, atau bisa sambil memegang mushaf (seperti dalam gawai/ gadget) kemudian dibaca ketika shalat tahajud atau shalat Dhuha. Al-Qur’an pun bisa dibaca kala waktu senggang, begitu pula dibaca saat menunggu antrian daripada hanya sekadar melihat status medsos yang “unfaedah” (tak manfaat).
- Sedekah bisa dilanjutkan dengan sedekah berikutnya bakda Ramadhan.
- Puasa Ramadhan bisa disempurnakan dengan puasa Syawal agar mendapatkan pahala puasa setahun penuh, dengan catatan baiknya membayar qadha’ dahulu barulah puasa Syawal.
Pokoknya kebaikan di bulan Ramadhan, baiknya terus dilanjutkan.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Para hadirin rahimakumullah …
Namun, cobaan sejatinya memang kita dapati bakda Ramadhan. Karena di bulan Ramadhan sendiri, maksiat itu berkurang dan kebaikan itu Allah mudahkan dengan ditandai terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu neraka, serta setan diikat. Bakda Ramadhan, keadaan ini berbeda. Keadaan kembali mendapatkan ujian dengan mudahnya kita meninggalkan kebaikan, bahkan kewajiban, dan terjerumus dalam maksiat.
Para jama’ah shalat Idulfitri rahimani wa rahimakumullah …
Lihat saja apa yang terjadi bakda Ramadhan?
Kita kurang memperhatikan ibadah wajib. Kalau pun memperhatikan ibadah wajib, ada kekurangan dalam yang sunnah atau kita merasa “sudah lah cukup dengan wajib saja”. Kebiasaan kita juga menganggap maksiat bahkan dosa besar sebagai hal yang biasa. Inilah yang disebut ghaflah, lalai.
Ar-Raghib Al-Ashfahani rahimahullah berkata, “Ghaflah adalah kelalain karena sedikit menjaga diri dan kurang sadar.” Sedangkan, Al-Jirjani rahimahullah berkata, “Ghaflah adalah mengikuti hawa nafsu yang disukai.” (Mufsidaat Al-Quluub karya Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, hlm. 90)
Ada kelalaian yang keadaannya layaknya binatang ternak, hanya paham makan, minum, tidur, bersenang-senang, dan istirahat. Inilah yang Allah sebutkan,
وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ
“Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad: 12). Na’udzu billahi min dzalik, semoga Allah melindungi kita semua dari sifat semacam ini. Inilah yang disebut dengan ghaflah taammah, kelalaian yang sempurna.
Ada pula kelalaian yang sifatnya terkadang datang, terkadang hilang, seperti yang terjadi pada orang saleh. Kelalaian yang bisa langsung hilang karena ingat akhirat, kelalaian ini disebut ghaflah ‘aaridhoh. Dalam ayat disebutkan,
إِنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوْا۟ إِذَا مَسَّهُمْ طَٰٓئِفٌ مِّنَ ٱلشَّيْطَٰنِ تَذَكَّرُوا۟ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (QS. Al-A’raf: 201)
Ada juga kelalaian yang ada pada akhli maksiat atau orang fasik yang berulang terus menerus. Kelalaian seperti ini disebut ghaflah mutakarriroh. Kelalaian semacam ini perlu diingatkan kapan pun sehingga para ahli maksiat bisa kembali ke jalan yang benar, shirothol mustaqim.
Apa saja yang menyebabkan hati kita lalai?
Pertama: Ingin terus rehat atau beristirahat.
Kedua: Semangat dalam mencari kelezatan dunia hingga menerjang yang haram.
Ketiga: Karena sudah mati rasa terhadap dosa.
Keempat: Mengikuti hawa nafsu.
Kelima: Sibuk dengan kerja dan mencari nafkah.
Keenam: Waktu dihabiskan dengan permainan, games, dan gadget (gawai).
Ketujuh: Hidup mewah dengan pakaian, makanan dan kelezatan dunia.
Kedelapan: Cinta dunia dan merasa hidup lama.
Kesembilan: Berteman dengan orang-orang yang lalai (ghaflah).
Kesepuluh: Banyak sibuk dengan hal mubah.
Para jama’ah shalat Idulfitri rahimani wa rahimakumullah …
Karena sebab di atas bisa membuat kita lalai dalam berbagai bentuk kelalaian berikut ini.
- Enggan duduk dalam majelis ilmu untuk mempelajari agama.
- Enggan mempelajari Al-Qur’an dengan membaca, memahami dan menghafalkannya serta mendalami ilmu di dalamnya.
- Enggan berdzikir kepada Allah.
- Enggan membaca dan menghafalkan dzikir yang bisa digunakan untuk melindungi diri.
- Lalai dalam memperhatikan niat.
- Beramal namun tidak memperhatikan manakah amalan yang lebih prioritas dari yang lainnya.
Cara untuk menghilangkan ghaflah (kelalaian), kelalaian hati
- Berada dalam majelis ilmu.
- Rajin berdzikir.
- Rajin berdoa.
- Shalat malam.
- Ziarah kubur.
- Tadabbur keadaan sekitar kita seperti merenungkan kematian yang ada di sekeliling kita.
- Mengingat surga dan neraka.
Baca juga: Khutbah Jumat, Kita yang Selalu Lalai
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Para jama’ah shalat Idulfitri rahimani wa rahimakumullah …
Kiat penting lainnya untuk menghilangkan ghaflah (kelalaian), kelalaian hati adalah berteman dengan orang saleh, berada di sekeliling orang baik, dan meninggalkan orang-orang yang ghaflah (lalai). Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan,
وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)
Keadaan teman itu dalam mendukung menjadi baik sangat penting. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Arwah itu adalah bala tentara yang berlimpah dan bermacam (masing-masing ada kesesuaian dalam hal kebaikan dan keburukan). Yang sudah saling kenal (cocok), maka akan menyatu. Yang tidak saling kenal (tidak cocok), pasti akan berpisah.” (HR. Bukhari, no. 3158 dan Muslim, no. 2638).
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan tentang hadits ini,
فَيَمِيل الْأَخْيَار إِلَى الْأَخْيَار ، وَالْأَشْرَار إِلَى الْأَشْرَار
“Orang baik akan cenderung berkumpul dengan orang baik. Orang jelek pun demikian akan berkumpul dengan orang jelek.” (Syarh Shahih Muslim, 16:185).
Teman yang paling dekat adalah pasangan suami istri, karena berada dalam satu atap dan selalu bersama.
Baca juga: Kisah Ashabul Kahfi dan Pelajaran di Dalamnya
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Terakhir, yang dapat menguatkan istiqamah agar sekolah Ramadhan bisa terus berlanjut bakda Ramadhan adalah dengan terus berdoa. Coba lihat amalan sebagian ulama salaf yang luar biasa sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berikut ini,
ْكَانُوْا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ، ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُم
“Para salaf selalu berdoa kepada Allah selama enam bulan agar bisa diperjumpakan dengan bulan Ramadhan. Kemudian mereka berdoa kepada Allah selama enam bulan agar Allah menerima amalan mereka.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 369)
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Para jama’ah shalat Idulfitri rahimani wa rahimakumullah …
Semoga doa-doa kita dapat meneguhkan kita sehingga bisa terus istiqamah bakda Ramadhan. Semoga Allah memanjangkan umur kita dalam iman dan amal saleh, hingga diberikan kepada kita semua husnul khatimah.
ْأَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَللهُ أَكْبَرُ
(7x)
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ “إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ, يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا”.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
اللَّهُمَّ إنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
اللَّهُمَّ إنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ اْلأَسْقَامِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنَ العَجْزِ وَالكَسَلِ ، والبُخْلِ والهَرَمِ ، وَعَذَابِ القَبْرِ ، اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا ، وَزَكِّها أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا ، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لا يَنْفَعُ؛ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ ، وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ ؛ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.
Taqobbalallahu minna wa minkum, shalihal a’maal, kullu ‘aamin wa antum bi khairin.
Wassalaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Baca juga: Khutbah Jumat, Kita yang Selalu Lalai
–
Aturan Khutbah Idulfitri
1. Khutbah Idulfitri adalah sunnah setelah shalat Id.
2. Khutbah Idulfitri ada dua kali khutbah. Rukun dan sunnahnya sama dengan khutbah Jumat.
3. Disunnahkan khutbah dengan mimbar, boleh juga berkhutbah dengan duduk.
4. Khutbah pertama diawali dengan sembilan kali takbir. Khutbah kedua diawali dengan tujuh kali takbir.
5. Rukun khutbatain (dua khutbah) ada 5, yaitu [1] memuji Allah pada kedua khutbah, [2] bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada dua khutbah, [3] berwasiat takwa pada kedua khutbah, [4] membaca ayat Al-Qur’an di salah satu keduanya, dan [5] mendoakan orang-orang beriman lelaki dan peremuan di khutbah terakhir.
6. Jamaah disunnahkan mendengarkan khutbah. Namun, mendengarkan khutbah Idulfitri bukanlah syarat sahnya shalat Id.
Lihat Al-Mu’tamad fii Al-Fiqh Asy-Syafii, 1:555-556. Lihat pula Kifayah Al-Akhyar, hlm. 200.
Silakan Unduh Naskah Khutbah Idulfitri 2022:
“Realisasi Syukur Bakda Ramadhan”
Silakan Unduh Naskah Khutbah Idulfitri 2021:
“Berbuka Ketika Berjumpa dengan Allah”
–
@ Darush Sholihin Panggang Gunungkidul
1 Syawal 1444 H, Sabtu pagi penuh berkah di hari Idulfitri
Artikel Rumaysho.Com